Dasar Prinsip Bahasa Jurnalistik dan Pengertiannya

Dasar prinsip Jurnalistik - Bahasa jurnalistik adalah bahasa konikasi publik seperti harian surat kabar dan majalah. Akan tetapi bahasa jurnalistik itu sendiri fungsinya harus (singkat, padat, sederhana, lugas, menarik lancar dan jelas). dengan demikian bahasa jurnalistik mudah dibaca dengan tingkat intelektual yang minimal, sehingga pada surat kabar tersebut bisa di baca oleh lapisan masyarakat yang mengetahuannya sederhana. Oleh karena itu bahasa jurnalistik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Dasar Prinsip Bahasa Jurnalistik dan Pengertiannya


1. Singkat
Bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang sangat panjang dan bertele-tele.

2. Padat
Bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang di perlukan membacanya sudah tertuang didalamnya. Menerapkan ekonomi kata dan membuang kata-kata yang tidak perlu.

3. Sederhana
Bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana. Bukan kalimat majmuk, rumit dan komlpek. kalimat yang efektif, praktis dan sederhana pemakaian kalimatnya. Tidah terlalu berlebihan penggunaannya.

4. Lugas
Bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dan menghindari bahasa yang ber bunga-bunga.

5. Menarik
Dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh dan berkembang. menghindari kata-kata yang sudah mati.

6. Jelas
Informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh lapisan umum atau pembaca. Struktur kalimatnya tidak mengandung menyimpangan/pengertian maknya yang berbeda. menghindari ungkapan bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, bahasa jurnalis menggunakan kata-kata yang denotatif.

Dalam menerapkan ke-6 dasar prinsip tersebu tentunta diperlukan latihan berbahasa yang terus menerus, melakukan penyuntingan secara berkala. dengan demikian barangkali bisa mewujudkan menjadi jurnalis yang bisa mengisi dahaga para bembacanya.

Walaupun di dunia penerbitan telah ada buku-buku jurnalistik praktis, namun masih perlu dimunculkan petunjuk akademik maupun teknis pemakaian bahasa jurnalistik. Dengan mengetahui karakteristik bahasa pers Indonesia—termasuk sejauh mana mengetahui penyimpangan yang terjadi, kesalahan dan kelemahannya,-- maka akan dapat diformat pemakaian bahasa jurnalistik yang komunikatif Terdapat beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik dibandingkan dengan kaidah bahasa Indonesia baku.

  • Peyimpangan morfologis - Peyimpangan ini sering terjadi dijumpai pada judul berita surat kabar yang memakai kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku dengan penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa prefiks atau awalan dihilangkan. Kita sering menemukan judul berita misalnya, Polisi Tembak Mati Lima Perampok Nasabah Bank. Israil Tembak Pesawat Mata-mata. Amerika Bom Lagi Kota Bagdad.
  • Kesalahan sintaksis - Kesalahan berupa pemakaian tatabahasa atau struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering mengacaukan pengertian. Hal ini disebabkan logika yang kurang bagus. Contoh: Kerajinan Kasongan Banyak Diekspor Hasilnya Ke Amerika Serikat. Seharusnya Judul tersebut diubah Hasil Kerajinan Desa Kasongan Banyak Diekspor Ke Amerika.  Kasus serupa sering dijumpai baik di koran lokal maupun koran nasional.
  • Kesalahan kosakata - Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan (eufemisme) atau meminimalkan dampak buruk pemberitaan. Contoh: Penculikan Mahasiswa Oleh Oknum Kopasus itu Merupakan Pil Pahit bagi ABRI. Seharusnya kata Pil Pahit diganti kejahatan. Dalam konflik Dayak- Madura, jelas bahwa yang bertikai adalah Dayak dan Madura, tetapi wartawan tidak menunjuk kedua etnis secara eksplisit. Bahkan di era rezim Soeharto banyak sekali kosakata yang diekspose merupakan kosakata yang menekan seperti GPK, subversif, aktor intelektual, ekstrim kiri, ekstrim kanan, golongan frustrasi, golongan anti pembangunan, dll. Bahkan di era kebebasan pers seperti sekarang ini, kecenderungan pemakaian kosakata yang bias makna semakin banyak.
  • Kesalahan ejaan - Kesalahan ini hampir setiap kali dijumpai dalam surat kabar. Koran Tempo yang terbit 2 April 2001yang lalu tidak luput dari berbagai kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan juga terjadi dalam penulisan kata, seperti: Jumat ditulis Jum’at, khawatir ditulis hawatir, jadwal ditulis jadual,
  • Kesalahan pemenggalan - Terkesan setiap ganti garis pada setiap kolom kelihatan asal penggal saja. Kesalahan ini disebabkan pemenggalan bahasa Indonesia masih menggunakan program komputer berbahasa Inggris. Hal ini sudah bisa diantisipasi dengan program pemenggalan bahasa Indonesia.

Untuk menghindari beberapa kesalahan seperti diuraikan di atas adalah melakukan kegiatan penyuntingan baik menyangkut pemakaian kalimat, pilihan kata, dan ejaan. Selain itu, pemakai bahasa jurnalistik yang baik tercermin dari kesanggupannya menulis paragraf yang baik. Syarat untuk menulis paragraf yang baik tentu memerlukan persyaratan menulis kalimat yang baik pula. Paragraf yang berhasil tidak hanya lengkap pengembangannya tetapi juga menunjukkan kesatuan dalam isinya. Paragraf menjadi rusak  karena penyisipan-penyisipan yang tidak bertemali dan pemasukan kalimat topik kedua atau gagasan pokok lain ke dalamnya.